Mengungkap Fakta Relativitas Waktu dalam Al-Qur'an

Assalamu'alaikum

Sahabat, membahas tentang waktu memang tidak ada habis-habisnya. Kita seringkali mendengar banyak ungkapan-ungkapan yang seringkali mencatut nama makhluk Allah yang satu ini. Banyak nasehat kita dapatkan untuk selalu memanfaatkan waktu sebaik mungkin, ini menunjukkan bahwa waktu memang suatu hal yang penting.

www.muslimbaper.web.id

Namun, kali ini kita tidak hanya akan membahas waktu saja, tapi lebih dari itu. Dialah relativitas waktu. Sebagian besar dari kita tentu pernah mendengar tentang relativitas waktu, bahkan mempelajarinya. Dan tahukah sahabat, bahwa ternyata salah satu materi sains ini, sudah ada dan telah jelas digambarkan di dalam Al-Qur'an, sebagai bukti nyata keajaiban mukjizat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam.

Mengenal Relativitas Waktu

Tidak seorang pun dalam rentang sejarah manusia yang bisa menjelaskan relativitas waktu secara jelas sebelumnya, hingga ilmuwan Albert Einstein muncul dan membuktikan adanya relativitas waktu. Dengan Theory of Relativity, Einstein menjelaskan, bahwa waktu bergantung pada mass dan velocity.

Einstein menjelaskan bahwa waktu sebagai tujuan-tujuan eksprimental yang dapat diukur dengan jarum jam. Ketika itu waktu adalah angka-angka, karena menurut ilmuwan, waktu hanya dapat diukur dengan jarum jam. Namun bersamaan dengan itu pula, Einstein telah membuat perembesan teori relativitasnya bahwa waktu adalah berjalan dan relatif. Dari sinilah kemudian para ilmuwan mempromosikan sebuah statement " Compete With The Time..", yang di dasarkan pada penemuan zona-zona waktu yang relatif serta beberapa formula yang dapat melunakkan waktu, sehingga relativitas dan melunaknya sang waktu adalah sebuah realitas.

Waktu yang relatif itu adalah "berjalan", dan kita dapat berpacu dengannya. Waktu akan semakin lambat di saat kita bergerak. Ia juga menjadi semakin lambat seiring dengan bertambahnya kecepatan kita. Sehingga ketika kita mampu bergerak lebih cepat daripada cahaya, maka waktunya akan menjadi melunak dan mundur, dan kita berhasil mendahului waktu.

Meskipun kalangan ilmuwan belum menemukan bentuk partikel yang mampu bergerak secepat cahaya atau lebih cepat dari cahaya, namun percobaan para ilmuwan telah membuktikan bahwa kecepatan gerak akan menyebabkan waktu objek yang bergerak menjadi lunak. Inilah yang diperkenalkan oleh Albert Einsten dalam teorinya.

Relativitas Waktu dalam Al-Qur'an


www.muslimbaper.web.id

Seribu empat ratus tahun yang lalu, jauh sebelum ilmuwan mengungkapkan adanya relativitas waktu, Al-Qur'an justru telah memberi informasi tentang konsep relativitas waktu, bahwa waktu berbeda-beda sesuai dengan lingkungannya.

Coba kita lihat ayat-ayat berikut:

وَيَسْتَعْجِلُونَكَ بِالْعَذَابِ وَلَنْ يُخْلِفَ اللَّهُ وَعْدَهُ ۥ   ۚ  وَإِنَّ يَوْمًا عِنْدَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ
"Dan mereka meminta kepadamu (Muhammad) agar azab itu disegerakan, padahal Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu."
(QS. Al-Hajj:47)

يُدَبِّرُ الْأَمْرَ مِنَ السَّمَآءِ إِلَى الْأَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ ۥ ٓ أَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ
"Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu."
(QS. As-Sajdah:5)

Juga dalam ayat berikut:

تَعْرُجُ الْمَلٰٓئِكَةُ وَالرُّوحُ إِلَيْهِ فِى يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهُ ۥ  خَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
"Para malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun."
(QS. Al-Ma'arij:4)

Dalam ayat lain, Al-Qur'an menyatakan bahwa seseorang merasakan waktu dengan kadar yang berbeda, adakalanya terasa sangat pendek dan adakalanya terasa sangat panjang.
قٰلَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِى الْأَرْضِ عَدَدَ سِنِينَ
"Dia (Allah) berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di Bumi?""
قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَسْئَلِ الْعَآدِّينَ
"Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung.""
قٰلَ إِنْ لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا  ۖ  لَّوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
"Dia (Allah) berfirman, "Kamu tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui.""
(QS. Al-Mu'minun:112-114)

Gambaran jelas dari ayat-ayat Al-Qur'an di atas tentang relativitas waktu tentu sangatlah menakjubkan dan harus kita syukuri. Allah yang menciptakan segalanya, dan Dia juga telah memberikan panduan lengkap terhadap alam semesta ini. Itulah Al-Qur'an, sebuah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya. Semoga ini bisa meningkatkan keimanan kita kepada-Nya.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Dikutip dari buku Fisika dan Al-Qur'an

Mengungkap Fakta Relativitas Waktu dalam Al-Qur'an

Mekanisme untuk Mengontrol Gejolak Syahwat Perempuan (Part 2)

Assalamu’alaikum

Dear Muslimah,

Alhamdulillah, kita akan melanjutkan kembali bahasan kita dari artikel sebelumnya
Mekanisme untuk Mengontrol Gejolak Syahwat Perempuan (Part 1)

www.muslimbaper.web.id

Mekanisme selanjutnya untuk mengontrol syahwat :

6. Hindari bergaul dengan teman yang tidak baik

Sudah menjadi fitrah bahwa setiap orang terutama para remaja cenderung menyukai teman-teman sepergulannya dan masuk ke dalam komunitas mereka. Dan salah satu faktor yang dapat menjerumuskannya pada perilaku-perilaku menyimpang ialah teman-teman sepergaulan yang tidak baik dan komunitas yang rusak, terlebih lagi jika ia akidahnya lemah dan suka meniru. Jika demikian kondisinya, maka dalam waktu yang singkat ia akan terpengaruh dengan komunitas pergaulan yang tidak baik, bahkan dengan cepat ia akan ikut-ikutan melakukan kebiasaan buruk dan berperilaku amoral, serta dengan cepat hanyut dengan teman-temannya untuk menapaki jalan kenistaan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Seseorang itu sesuai dengan agamanya. Maka hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan dengan siapa dia berteman.”
(HR. Abu Dawud)

7. Memotivasi diri sendiri untuk menanamkan nilai iffah (menjaga kesucian diri)

Salah satu mekanisme untuk membendung gejolak syahwat adalah dengan memperkuat nilai iffah dalam diri sendiri.

وَلْيَسْتَعْفِفِ الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ نِكَاحًا حَتّٰى يُغْنِيَهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِۦ  ۗ  وَالَّذِينَ يَبْتَغُونَ الْكِتٰبَ مِمَّا مَلَكَتْ أَيْمٰنُكُمْ فَكَاتِبُوهُمْ إِنْ عَلِمْتُمْ فِيهِمْ خَيْرًا  ۖ  وَءَاتُوهُمْ مِّنْ مَّالِ اللَّهِ الَّذِىٓ ءَاتٰىكُمْ  ۚ  وَلَا تُكْرِهُوا فَتَيٰتِكُمْ عَلَى الْبِغَآءِ إِنْ أَرَدْنَ تَحَصُّنًا لِّتَبْتَغُوا عَرَضَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا  ۚ  وَمَنْ يُكْرِههُّنَّ فَإِنَّ اللَّهَ مِنۢ بَعْدِ إِكْرٰهِهِنَّ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Dan orang-orang yang tidak mampu menikah hendaklah menjaga kesucian (dirinya), sampai Allah memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan jika hamba sahaya yang kamu miliki menginginkan perjanjian (kebebasan), hendaklah kamu buat perjanjian kepada mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepadamu. Dan janganlah kamu paksa hamba sahaya perempuanmu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri menginginkan kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan kehidupan duniawi. Barang siapa memaksa mereka, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang (kepada mereka) setelah mereka dipaksa."
(QS. An-Nur: 33)

Isti’faf (menjaga kesucian diri) tidak lain ialah kondisi psikologis yang dirasakan seorang muslimah, namun ia mampu menjaga diri untuk tidak terjerumus melakukan hal-hal yang diharamkan.

Az-Zaba’lawai menjelaskan:

“Al-Qur’an menjelaskan bahwa perilaku isti’faf (menjaga kesucian diri) merupakan obat analgesic  yang kuat dan bermanfaat. Ia tidak menjadi penghalang alamiah untuk menyalurkan dorongan seksual, akan tetapi  ia justru  membuka harapan untuk menuntaskannya melalui jalur pernikahan.
(Tarbiyah Al-Murahiq)

8. Senantiasa meminta izin

Meminta izin (isti’dzan) bias dianggap sebagai kontrol naluri keingintahuan seseorang.

وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفٰلُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَئْذِنُوا كَمَا اسْتَئْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  ۚ  كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ  ۗ  وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
"Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa, maka hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti orang-orang yang lebih dewasa meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
(QS. An-Nur: 59)

Selain itu, seorang muslimah harus menghindari tahassus (menguping) pembicaraan orang lain dan tajassus (memata-matai) orang lain.

9. Menikah

Muhammad Quthb menjelaskan:

“Islam menyerukan umatnya untuk segera menikah lebih awal, bahkan mengatur urusan nikah ini dalam format yang sangat sederhana, baik dari aspek ekonomi, sosial, pikiran, rohani, maupun  pendidikan. Islam sama sekali  tidak pernah memberikan penghalang apa pun bagi pelaksanaan ajaran nikah ini. Islam tidak pernah menjadikan sesuatu hal merintanginya, kecuali dalam kondisi terpaksa yang memang sulit dipecahkan.”
(Manhaj At-Tarbiyah)

Sebelum menikah, kehidupan seseorang remaja mencari ketenangan jiwa, perasaan terhadap lawan jenis, kepuasan naluri, dan perwujudan integritas diri. Dan menikah lebih awal bagaimanapun juga sangat mendasar dan menjadi jalan terbaik untuk menyalurkan hasrat biologis dan kecenderungan terhadap lawan jenis.

Sebuah pengetahunan tentang pernikahan ini harus dilandaskan pada ajaran syariat yang benar dengan tidak hanya mengandalkan masalah penting ini pada konsep yang dimiliki teman bergaul, hasil pemikiran sendiri, pengertian-pengertian salah perempuan-perempuan bodoh, media informasi yang menyimpang, dan bacaan-bacaan yang menyesatkan karena dimungkinkan adanya bahaya dalam sumber-sumber informasi tersebut. Bisa jadi, sumber-sumber tersebut banyak salah, memberikan konsep dan pengertian yang tidak baik, dan menjerumuskan pada kondisi yang serba membingungkan dan hal-hal sepele yang terkadang menyeretnya pada kerusakan dan penyimpangan.

Itulah beberapa mekanisme oleh Islam dalam mengontrol gejolak syahwat perempuan. Semoga Allah senantiasa menjaga kemuliaan dirimu wahai Muslimah, dan tetaplah teguh di jalan-jalan kebaikan.

Wallahu a’lam
Wassalamu’alaikum

Artikel ini dikutip dari buku Hannan Athiyah Ath-Thuri yang berjudul Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja.

Mekanisme untuk Mengontrol Gejolak Syahwat Perempuan (Part 2)

Mekanisme untuk Mengontrol Gejolak Syahwat Perempuan (Part 1)

Assalamu’alaikum

Dear Muslimah,

Setiap dari kita pasti memiliki syahwat. Karena Allah memang melengkapi setiap manusia dengan hal ini. Syahwat adalah keinginan yang pada umumnya mengarahkan kita untuk berbuat sesuatu yang tidak baik (melanggar syari'at). Oleh karenanya, kita harus mampu mengontrol setiap kali gejolak syahwat ini muncul, termasuk engkau, seorang muslimah yang mendambakan surga Allah subhanahu wa ta'ala.

www.muslimbaper.web.id

Mekanisme mengontrol syahwat bagi perempuan:

1. Membiasakan untuk menundukkan pandangan (gadhul bashar)

Menundukkan pandangan merupakan tata krama personal yang harus  dimiliki oleh setiap muslimah dalam komunitas masyarakat Islam sekaligus sebagai media untuk memerangi gejolak syahwat yang ada dalam dirinya. Menundukkan pandangan memiliki dampak positif bagi kesehatan psikologis dan perilaku sosial seorang muslimah. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan para muslimah untuk menundukkan pandangan serta melarang mereka menampakkan perhiasan kepada laki-laki yang bukan mahramnya.

Hal itu dimaksudkan agar dorongan seksual yang sudah menjadi fitrah manusia tetap tersembunyi dari waktu ke waktu sampai datang waktunya yang tepat, yaitu ketika ia sudah melewati pintu menikah yang dihalalkan Allah.

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ  ۚ  ذٰلِكَ أَزْكٰى لَهُمْ  ۗ  إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
(QS. An-Nur: 30)

Jika seorang muslimah ingin melaksanakan tata aturan yang menjadi jalan tol keamanan, maka menundukkan pandangan dapat membantunya untuk menapaki masa depan dengan aman dan selamat.

Ibnul Qayyim Al-Jauzy menjelaskan:

“Pandangan  merupakan mata-mata dan utusan syahwat. Dengan demikian, menjaga pandangan merupakan dasar menjaga kemaluan. Barangsiapa yang membebaskan pandangannya, maka berarti ia telah mengirimkan dirinya sendiri pada jurang kehancuran.”
(Al-Jawab Al-Kahfi)

2. Tidak memakai pakaian yang mencolok (tabarruj)

وَقُل لِّلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصٰرِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا  ۖ  وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوبِهِنَّ  ۖ  وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ ءَابَآئِهِنَّ أَوْ ءَابَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَآئِهِنَّ أَوْ أَبْنَآءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ إِخْوٰنِهِنَّ أَوْ بَنِىٓ أَخَوٰتِهِنَّ أَوْ نِسَآئِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُهُنَّ أَوِ التّٰبِعِينَ غَيْرِ أُولِى الْإِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ  ۖ  وَلَا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ  ۚ  وَتُوبُوٓا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung."
(QS. An-Nur: 31)

Perintah Allah di atas tidak hanya terbatas pada menundukkan pandangan, tetapi juga diikuti dengan larangan memakai pakaian seksi, berdandan menor (tabarruj), dan memperlihatkan perhiasan, karena muslimah yang beriman kepada Allah dan hari Akhir tidak boleh bergaya dengan cara jalan dan perhiasannya agar dianggap menarik oleh orang yang melihatnya.

Menurut Syaikh Al-Maududi, kata tabarruj memiliki tiga pengertian jika dikaitkan dengan perempuan:

1. Menampakkan atau memperlihatkan kecantikan wajah dan kemolekan tubuhnya kepada laki-laki yang bukan mahramnya.
2. Memperlihatkan pakaian dan perhiasan kepada laki-laki yang bukan mahramnya.
3. Memperlihatkan dirinya secara sensual di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya dari cara berjalan, berlanggak-lenggok, dan berwangi-wangian.
    (Al-Hijab)

Hendaknya setiap muslimah menjauhi perilaku tabarruj, yang berdampak negatif yang sama besar baik bagi perempuan maupun laki-laki, baik di dunia maupun di akhirat. Bahkan tabarruj justru akan merendahkan martabat kaum perempuan, menunjukkan kejahiliahan, menghancurkan dunia akhiratnya, membuat aib, dan menarik pada fitnah.

3. Menjauhi bergaul bebas dengan lawan jenis (ikhthilat)

Ikhthilat adalah pergaulan campur dengan lawan jenis yang bukan mahramnya dalam satu lokasi yang memungkinkan adanya kontak diantara mereka melalui pandangan, isyarat, maupun ucapan. Ikhthilat merupakan salah satu faktor yang bisa mengarah pada perbuatan keji (zina) dan termasuk salah satu motif yang kuat memacu insting seksual diantara laki-laki dan perempuan

4. Tidak berduaan (khalwat) dengan laki-laki non-mahram

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Ingat-ingat, janganlah ada seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan yang tidak halal baginya (bukan mahram), karena yang menjadi pihak ketiganya adalah syaithan
 (HR. Ahmad)

Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan:

“Salah satu sarana yang perlu dilakukan untuk menjaga kemaluan adalah melarang khalwat antara perempuan dan laki-laki yang bukan mahramnya”
(Zinah Al-Mar’ah)

5. Menjauhi semua hal yang menimbulkan gejolak syahwat, baik berupa ucapan, gambar, atau sentuhan langsung

Seorang muslimah yang sudah mencapai usia baligh, hendaknya membiasakan diri untuk meminta izin tatkala hendak memasuki kamar orang lain agar ia bisa menahan diri dari semua hal yang membangkitkan syahwatnya.

وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفٰلُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَئْذِنُوا كَمَا اسْتَئْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ  ۚ  كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ ءَايٰتِهِۦ  ۗ  وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
"Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur dewasa, maka hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti orang-orang yang lebih dewasa meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana."
(QS. An-Nur: 59)

Seorang muslimah juga harus membiasakan untuk tidak berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, karena ini dihukumi haram sebagai adanya faktor lain di luar jabat tangan itu sendiri (muharram li ghairihi) dan termasuk dalam sadudz-dzarrai’ (tindakan preventif) karena bersentuhan itu termasuk salah satu media rangsangan seksual

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan perempuan (yang bukan mahram)."
(HR. At-Tirmidzi)

Faktor lain yang dapat merangsang gejolak syahwat  ialah tayangan televisi, baik berupa drama, sinetron, film, maupun tayangan-tayangan lain. Juga hindarilah mendengarkan nyanyian yang diiringi alunan musik, karena itu adalah perbuatan yang diharamkan sehingga menjauhinya adalah salah satu instrumen untuk menjaga diri.

InsyaaAllah bersambung di artikel berikutnya Mekanisme untuk Mengontrol Gejolak Syahwat Perempuan (Part 2)

Wallahu a’lam
Wassalamu’alaikum

Mekanisme untuk Mengontrol Gejolak Syahwat Perempuan (Part 1)

Hukum Cinta pada Pandangan Pertama

Assalamu'alaikum

Sahabat, cinta adalah fitrah kita sebagai manusia. Tapi dari mana datangnya dan bagaimana menanggapinya, itu adalah hasil dari usaha kita. Maka muncul istilah cinta pada pandangan pertama. Entah dari mana cinta itu datang, kita mengaku merasakan itu secara tiba-tiba, tanpa peringatan ataupun sambutan. Membuat bingung, galau, dan senantiasa terbayang sosok yang bahkan belum terlalu kita kenal.

muslimbaper.blogspot.com

Cinta pada pandangan pertama

Banyak dari kita yang mengaku merasakan cinta pada pandangan pertama. Tatkala melihat lawan jenis yang rupawan, kita berani mengklaim bahwa kita merasakan cinta kepadanya, hanya karena rasa aneh di dalam hati kita. Dari sinilah kita bisa jabarkan beberapa hal:

1. Perintah untuk menundukkan pandangan

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصٰرِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ  ۚ  ذٰلِكَ أَزْكٰى لَهُمْ  ۗ  إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا يَصْنَعُونَ
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat."
(QS. An-Nur: 30)

Kita diperintahkan menundukkan pandangan, karena mata adalah salah satu jalan sampainya fitnah ke dalam diri kita. Apalagi di zaman sekarang, banyak sekali fitnah yang berserakan di kehidupan kita. Maka, menjaga pandangan, termasuk dari melihat lawan jenis yang menarik perhatian, sangat ditekankan agar kita terhindar dari fitnah yang begitu nyata. Cinta pada pandangan pertama, adalah hasil dari kegagalan kita menjaga pandangan.

2. Perasaan itu bukanlah cinta!

Setelah kita lalai dalam menjaga pandangan, ada saatnya kita merasakan sesuatu dalam hati ketika melihat seseorang yang belum kita kenal untuk pertama kalinya. Lalu kita mengira rasa itu adalah bentuk cinta, cinta pada pandangan pertama. Di sinilah kesalahan terbesar kita, karena wallahi, itu bukanlah cinta! Itu adalah gejolak syahwat yang tidak bisa kita kendalikan. Lalu kenapa kita mengira itu adalah cinta? Itu karena syaithan telah membisiki kita, menipu dan mempovokasi dengan kata-kata manis dan cocok di hati dan pikiran. Jadilah kita membuat konsep cinta yang salah, dan pasti itu akan menjerumuskan jika kita tidak segera menyadarinya.

Renungkan ayat berikut:

وَمِنْ ءَايٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً  ۚ  إِنَّ فِى ذٰلِكَ لَءَايٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar-Rum: 21)

Cinta sejati, adalah cinta yang Allah jadikan setelah menikah. Bukan dari liarnya mata dalam memandang, ataupun rayuan indah seseorang yang tidak kita kenal. Karena sejatinya, tidak ada cinta pada pandangan pertama. Tapi, cinta yang dibangun pada janji suci pernikahan.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Hukum Cinta pada Pandangan Pertama

Tips Menjadi Pejuang Sosmed Fii Sabilillah

Assalamu'alaikum

Di era digital sekarang ini, banyak sekali bermunculan social media (sosmed) yang memudahkan seseorang berinteraksi dengan orang lain, tanpa mengenal waktu dan tempat. Tak heran, banyak manusia sekarang yang setiap hari sibuk dengan sosmed yang ia miliki. Seakan-akan jika kita tidak ada di sosmed, itu berarti kita tidak eksis di muka bumi ini. Oleh karena itu, manusia zaman now ini dituntut untuk bisa memanfaatkan sosmed dengan sebaik-baiknya.


Islam tidak melarang kita menggunakan sosmed, asal kita menggunakannya dengan bijak, dalam artian tidak melanggar syari'at agama dan tidak pula melalaikan dari kewajiban kita sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Apa itu pejuang sosmed fii sabilillah? 

Ini adalah istilah yang sering digunakan bagi mereka yang aktif bersocial media untuk bar-amar ma'ruf nahi munkar (berdakwah). Sebagai bentuk sikap praksis terhadap firman Allah:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنٰتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ  ۚ  يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكٰوةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۥ ٓ  ۚ  أُولٰٓئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ  ۗ  إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
"Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh, Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(QS. At-Taubah: 71)

Tips Pejuang Sosmed Fii Sabilillah

1. Ikhlas dan Istiqomah

Ikhlas adalah langkah awal kita dalam melakukan segala sesuatu yang baik lagi bermanfaat. Gagal dalam langkah awal ini, berarti kegagalan total untuk apa yang kita kerjakan. Pejuang sosmed fii sabilillah harus memiliki rasa ikhlas ini dalam setiap aktifitasnya membagikan nilai-nilai ajaran Islam. Bukan untuk mendapatkan pujian atau penghargaan  manusia lain, tapi harus ikhlas untuk meraih ridho Allah Ta'ala.

Ikhlas juga kemudian harus dibarengi dengan istiqomah. Tidak akan berhenti hanya kerena tidak mendapat like yang banyak, atau karena komentar orang lain yang menyakitkan dada. Karena dari awal, ia sadar melakukan ini hanya untuk menyebarkan agama Allah, maka apapun hambatannya tidak akan membuat ia gentar. Ikhlas dan istiqomah inilah, yang akan menjadi syarat menggapai khusnul khatimah, insyaaAllah.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقٰمُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِى كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka maka malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.""
(QS. Fussilat: 30)

Maka murnikan niatmu, lalu teguhkan langkahmu. InsyaaAllah, tidak akan sia-sia usahamu, karena Allah yang akan langsung menjamin hidupmu, di dunia juga di akhirat nanti.

2. Berhati-hati

Tips berikutnya ialah berhati-hati, dalam menerima dan membagikan. Karena semakin hari, semakin banyak informasi bohong (hoax) di sosmed manapun. Maka kita dituntut untuk berhati-hati dalam menerima informasi. Jangan mudah menyebarkan, meski informasi itu mencatut nama Allah, Nabi, dan ulama. Cek dahulu kebenarannya, karena bisa jadi itu adalah fitnah yang disebarkan oleh orang-orang kafir, munafik, ataupun orang-orang fasik.

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا إِنْ جَآءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوٓا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًۢا بِجَهٰلَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِينَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu."
(QS. Al-Hujurat: 6)

Jadi pastikan dahulu informasi tersebut benar ya sahabat. Lalu, ketika informasi tersebut memang benar, apakah boleh dibagikan? Tidak informasi (meskipun benar) bisa dibagikan. Pejuang sosmed fii sabilillah, hendaknya hanya menyebarkan informasi yang benar dan bermanfaat. Jika hanya benar saja namun tidak bermanfaat, untuk apa? Tidaklah berguna informasi yang kita bagikan.

"Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar."
(HR. Muslim no. 5)

Maka pastikan kita berhati-hati, dan menyaring setiap informasi yang kita dapatkan.

3. Hindari debat

Dalam berdakwah di social media, akan sangat mungkin kita mendapatkan komentar yang kontradiktif dengan apa yang kita sampaikan. Komentar protes, ketidak setujuan, bahkan komentar yang menyakiti hati bisa saja kita dapatkan. Inilah resiko dakwah yang harus siap kita terima dengan lapang dada. Jangan menanggapi komentar dengan arogan, sehingga menimbulkan perdebatan, caci memaki, dan permusuhan. Tanggapi dengan bijak, sebisanya kita jelaskan. Namun jika masih tetap saja tidak mau menerima, biarkanlah saja. Jangan lagi ditanggapi. Karena dakwah bukan untuk disukai, tapi untuk menyampaikan kebenaran. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Aku akan menjamin sebuah rumah di tepi surga bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan meskipun dia benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan kedustaan walaupun dia sedang bergurau. Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa saja yang berakhlak baik."
(HR. Abu Daud no. 4800)

Itulah tips yang bisa kita lakukan dalam berdakwah di social media. Mari menjadi pejuang sosmed fii sabilillah dengan cerdas dan bijak. InsyaaAllah, itu akan menjadi amal jariyah untuk kita semua.

”Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya”
(HR. Muslim no. 1893)

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Tips Menjadi Pejuang Sosmed Fii Sabilillah

Jangan Takut Menjadi Mantan!

Assalamu'alaikum

Dalam dunia gelap pacaran, tidaklah afdhol kalau tidak ada yang namanya mantan. Suatu title yang mungkin tidak diharapkan, tapi hampir semua yang berpacaran pasti akan menerimanya. Title yang disahkan saat wisuda patah hati, dengan iringan lagu Kenangan Terindah sebagai soundtracknya. Itulah realita pacaran yang sungguh "membanggakan".


Mantan, orang yang dulu spesial dan selalu dirindukan, tapi kini tak lagi diharapkan karena cinta yang entah kemana perginya. Mungkin berat, tapi inilah resiko yang sejak awal sedia ia terima. Ya, setiap orang yang memulai berpacaran, tahu akan resiko ini. Ia tahu bahwa tidak ada yang bisa menjamin hubungannya akan langgeng sampai pelaminan, dan akan sangat mungkin berakhir dengan menyandang status "mantan". Tapi aneh, entah apa yang dipikirkan, ia tetap saja mau membangun hubungan haram itu. Seakan-akan lupa dengan resiko besar dan kehinaan yang menanti di depan. Lagi, itulah realita pacaran yang sangat, sangat, dan sangat "membanggakan".

Sebagai sebuah resiko, kebanyakan pelaku pacaran akan takut jika harus berakhir dengan status mantan (meski ada yang malah bangga dan mengoleksi status ini). Tapi dalam Islam, untuk mereka yang sudah terlanjur berpacaran, sangat dianjurkan dan diwajibkan untuk mereka agar segera mengambil status ini. Bukan apa-apa, tapi memang inilah yang terbaik. Karena coba kita pikirkan, sampai kapan kita mau terus menerus menimbun dosa akibat pacaran? Sampai kapan kita mau digalaukan gara-gara urusan pacar yang tiada kabar? Sampai kapan hidup kita terpasung dengan ikatan yang jelas keharamannya? Sampai kapan kita rela menanggalkan kehormatan demi orang yang belum tentu menjadi jodoh kita? Sampai kapan kita terus seperti itu?

Tidakkah kita sadar, bahwa tidak mungkin Allah melarang kita melakukan sesuatu, jika memang itu baik untuk kita lakukan. Allah melarang, sebab Ia tahu itu buruk untuk kita. Pacaran tidak meninggalkan sesuatu kecuali keburukan dan kehinaan. Lihat mereka yang kehilangan kehormatan, stress, dan bahkan ada yang sampai bunuh diri gara-gara pacaran. Dan wallahi, tidak ada yang menjamin kita tidak akan menjadi seperti mereka. Itulah kenapa Allah melarang pacaran. Jadi di sini kita tegaskan untuk yang sudah terlanjur berpacaran, jangan takut untuk menjadi mantan! Secepatnya engkau putuskan, sebelum hari ini habis dan engkau masih dalam ruang kenistaan.

Ingatlah sabda Nabi kita tercinta, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya jika engkau meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberi ganti padamu dengan yang lebih baik.” 
(HR. Ahmad no. 363)

Allah akan mengganti dia dengan yang lebih baik, tatkala engkau meninggalkannya karena Allah subhanahu wa ta'ala. Tak perlu risau, beranilah bertaruh untuk Allah. Hari ini engkau melepas, suatu saat pasti engkau akan mendapat yang jauh istimewa. Bisa jadi dia yang akan datang, dengan keadaan yang lebih baik tentunya. Karena tidak mungkin Allah akan mengecewakan hamba yang berani bertaruh untuk-Nya.

Mantan memang bukan status yang membanggakan, tapi itulah jalan untuk mengambil kembali kehormatan yang sebelumnya kita buang. Itulah cara untuk kembali meraih ridho-Nya, dan itulah yang utama untuk kebahagiaan kita.

Jadilah mantan terhormat, yang memilih meninggalkan untuk senyum Sang Pencipta, yang tak akan menyesal karena tahu bahwa Allah adalah sebaik-baik penjamin hidup kita. Meski mungkin hari itu engkau menangis karenanya, tapi nanti pasti engkau akan senyum berseri dan berbahagia. So, jangan takut untuk menjadi mantan!

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Jangan Takut Menjadi Mantan!

Pacar dan Gorengan, Sama Tapi Tak Serupa

Assalamu'alaikum

Sahabat Baperian, bagaimana kabarmu? Sehat kan? Alhamdulillah. Dan bagi sahabat yang sampai membaca tulisan ini masih memiliki pacar, penulis tanyakan juga bagaimana kabar pacarmu? Semoga sehat selalu ya, dan semoga diberi hidayah secepatnya sebelum terlambat, karena makin hari kita semua tahu ajal makin dekat, dan mustahil salah alamat (bukannya nakut-nakutin, cuma ngingetin aja). Lalu, buat sahabat yang hari ini masih nge-jomblo, semoga sehat selalu dan istiqomah hingga bertemu. Bertemu siapa? Pasti bertemu dengan dia yang spesial, yang juga ber-azzam untuk menjaga kesucian. InsyaaAllah.


Sahabat, di negara kita Indonesia, begitu banyak makanan yang bisa kita temukan. Berbagai jenis mulai dari Sabang sampai Merauke, ribuan makanan khas dan tak terhitung lagi makanan kreasi dari masa ke masa, semuanya melengkapi kehidupan kita setiap harinya. Termasuk yang bisa kita sebutkan adalah gorengan.

Gorengan, makanan merakyat dari desa sampai kota, dari pinggir jalan sampai dalam restoran, dari mulai pagi hingga malam,  ada saja kita temukan makanan yang satu ini. Yah, begitu banyaknya kita jumpai, sama banyaknya dengan orang pacaran yang tiap hari kita temui.

Pacar dan Gorengan, Sama....

Gorengan, makanan yang akan kita rindukan saat kita sudah lama tak mencicipinya, sama dengan pacar yang kita rindukan setelah sekian lama tiada kabar (semoga masih hidup).

Gorengan, banyak jenis yang bisa kita pilih, mulai dari bakwan goreng, pisang goreng, risoles goreng, tahu goreng, dan lain-lain. Sama dengan pacar yang bisa kita pilih spesiesnya, mulai dari spesies tukang ojek (tiap hari siap sedia antar-jemput), customer service (24 jam siap diajak ngobrol), bodyguard (siap melindungi kapanpun dimanapun), sampai spesies preman Tanah Abang (senggol dikit bacok), dan banyak lagi spesies-spesies pacar yang bisa kita pilih, tentu tergantung selera kita (bisa ditambah bawang goreng biar tambah nikmat).

Gorengan, nikmat sih, asal tidak kebanyakan makannya. Sama dengan pacar, asik dan menyenangkan, tapi percayalah semakin banyak waktu yang kita habiskan bersamanya, semakin pedih pula hidup kita nantinya.

Gorengan, ada kalanya kita bosan dan memilih makanan lainnya. Sama dengan pacar, semakin hari akan semakin muncul rasa bosan, dan tanpa sadar kita mulai melirik yang lainnya.

Banyak Kesamaannya, Tapi Tak Serupa!

Malam minggu bareng gorengan, It's Oke! Tapi malam minggu bareng pacar, naudzubillah. It was a big problem for you! Keep away!

Hari ini makan gorengan, besoknya ganti makan bakso, lusa ganti makan mie ayam, tidak ada yang melarang. Tapi kalau pacar? Hangout sama teman dikira selingkuhan, lalu putus terus menyimpan dendam. Nggak ah, pilih gorengan aja!

Gorengan mungkin hal sederhana, tapi setidaknya ia tidak pernah PHP dan pasti mengenyangkan. Tapi pacar, dari awal banyak gombalan, janji, dan harapan, giliran diajak nikah, bilangnya kita temenan aja!

To the point, hal yang paling membedakan dan yang paling penting yang perlu kita ingat adalah, gorengan itu HALAL, sedangkan pacaran itu HARAM. Disinilah perbedaan terbesarnya! Maka tinggalkan sekarang pacarmu, percayalah ia saat ini tak baik untukmu. Percayalah, jika memang ia yang terbaik untukmu, suatu saat nanti ia akan datang kepadamu. Tak perlu takut, engkau tidak menjadi buruk dengan tidak berpacaran. Justru engkau menjadi mulia, dan yakinlah jodohmu juga akan sama seperti itu.

Pacar dan gorengan, mungkin memiliki kesamaan. Tapi maaf penulis harus sampaikan satu fakta sederhana, bahwa sampai saat ini, pacarmu tidak lebih baik dari gorengan, sama sekali tidak lebih baik bagaimanapun kondisinya.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Pacar dan Gorengan, Sama Tapi Tak Serupa

Ibadah Itu yang Mainstream Aja! (Part 2)

Assalamu'alaikum

Alhamdulillah, artikel ini adalah kelanjutan artikel kita sebelumnya :
Ibadah Itu yang Mainstream Aja! (Part 1)


Bahaya Ibadah Anti-Mainstream (Bid'ah):

1. Ditolak amalannya

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak” 
(HR. Muslim no. 1718)

Bukankah suatu kerugian yang besar sahabat, tatkala kita sudah capek-capek beramal, eh, ternyata amalan tersebut ditolak alias sia-sia. Bukankah jauh lebih baik kita gunakan waktu itu mengamalkan ibadah-ibadah yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam? Maka berhati-hatilah wahai sahabat, karena ibadah bukan yang penting baik, tapi harus ada nash yang berbicara akan hal itu.

2. Diusir dari telaga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

Rasulullah menceritakan tentang pelaku bid'ah nanti di padang mahsyar:

“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Lalu ditampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku’. Allah berfirman, ‘Engkau tidak tahu (bid’ah) yang mereka ada-adakan sepeninggalmu’ “ 
(HR. Bukhari no. 6576, 7049)

Dari apa yang diceritakan Rasulullah diatas, nanti tatkala manusia berkumpul di padang mahsyar. Dimana kondisi saat itu begitu panas menyengat karena matahari ada di atas ubun-ubun, ummat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam akan berbondong-bondong menuju telaga Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Namun, akan ada sekelompok manusia yang dihalau agar tidak sampai ke telaga itu, mereka ialah orang-orang yang selama hidupnya gemar melakukan ibadah anti-mainstream dengan penuh kebanggaan hingga akhir hidupnya.

3. Dosa berlipat ganda

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Barangsiapa yang membuat sebuah bid’ah dhalalah yang tidak diridhai oleh Allah dan Rasul-Nya , maka ia akan mendapatkan dosa semisal dengan dosa orang-orang yang melakukannya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun”
 (HR. Tirmidzi no.2677)

Bayangkan ketika seseorang melakukan atau bahkan mengajarkan bid'ah kepada orang lain, sehingga orang tersebut turut melakukannya, maka betapa banyak dosa bagi dia yang telah mengajarkannya. Berlipat ganda, dan inilah dosa jariyah bagi pelaku bid'ah.

4. Susah bertaubat

Bahaya bid'ah yang begitu besar adalah membuat para pelakunya susah bertaubat darinya, karena mereka menganggap itu adalah suatu ibadah yang baik. Karena itulah ulama mengatakan bahwa iblis lebih menyukai bid'ah daripada maksiat. Pelaku maksiat, ketika dia dinasehati untuk berhenti dari maksiatnya akan lebih mudah sadar dan mau menerima. Namun, pelaku bid'ah justru akan marah-marah dan tidak terima ketika dinasehati untuk meninggalkan bid'ah tersebut. Sebab dari awal yang ia tahu itu adalah suatu kebaikan, padahal itu adalah dosa dan sumber kehancuran di masa mendatang.

Itulah berbagai bahaya besar bagi pelaku bid'ah. Memang tidak bisa kita pungkiri, masalah bid'ah di zaman ini sudah mendarah daging dan dianggap suatu keumuman. Tapi, cukuplah nasehat dari nabi kita Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallah menjadi pijakan kita untuk teguh memegang sunnah.

“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, tetap mendengar dan ta’at kepada pemimpin walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Karena barangsiapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti, dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka wajib bagi kalian untuk berpegang pada sunnah-ku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang mereka itu telah diberi petunjuk. Berpegang teguhlah dengannya dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian."
(HR. At-Tirmidzi no. 2676)

Semoga Allah meneguhkan langkah kita dalam menghidupkan sunnah untuk menggapai khusnul khatimah.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Ibadah Itu yang Mainstream Aja! (Part 2)

Ibadah Itu yang Mainstream Aja! (Part 1)

Assalamu'alaikum

Sahabat fillah, kita yang tinggal di zaman now ini pasti pernah mendengar istilah mainstream yang seringkali diucapkan oleh muda mudi zaman ini. Mainstream, dalam bahasa Indonesia berarti tendensi, atau bisa diartikan arus utama. Namun, dalam hal ini istilah gaulnya berati umum, atau sesuai kebiasaan. Istilah gaul inilah yang akan kita gunakan dalam pembahasan kali ini.


Lanjut dengan ibadah, apa sih ibadah itu? Tentu kita akan menjawab suatu amalan-amalan yang diridhai Allah subhanahu wa ta'ala. Suatu bentuk penghambaan diri kita kepada Yang Maha Kuasa. Ibadah adalah tujuan hidup kita, seperti yang Allah firmankan:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."
(QS. Az-Zariyat: 56)

Sebagai tujuan hidup, ibadah tentu harus menjadi prioritas kita dan sepenuhnya menjadi prioritas kita. Kecacatan kita dalam beribadah berarti kecacatan hidup kita di dunia. Gagal dalam ibadah, itu berarti juga sebuah kegagalan dalam menjalani hidup sebagai seorang hamba. Maka, bukan pilihan apalagi beban, ibadah adalah kebutuhan yang setiap waktu harus kita jalankan.

Lalu apa hubungannya ibadah dengan mainstream? Apa itu ibadah mainstream? Kenapa kita harus beribadah dengan ibadah yang mainstream? Simak penjelasannya ya sahabat:

Ibadah Itu yang Mainstream, bukan yang Anti-Mainstream!

Hukum asal ibadah adalah haram, sampai datang suatu dalil. Ketika ada dalilnya, maka itu bisa berubah menjadi wajib, sunnah, ataupun hukum yang lainnya. Namun, jika tidak ada dalil, maka hukumnya kembali ke hukum asalnya. Dari mana dalil tersebut? Tentu dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Yang harus kita ingat sahabat, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengajarkan dan memberikan tuntunan terhadap semua ibadah-ibadah yang bisa kita lakukan. Ibadah yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam inilah yang kita sebut sebagai Ibadah yang Mainstream. Dimana memang ibadah tersebut memiliki dalil yang kuat, dan juga para sahabat, tabi'in dan tabiut tabi'in juga telah biasa melakukannya. Maka, ibadah inilah nanti yang akan mengantarkan kita ke Jannah, insyaaAllah.

Namun sebaliknya, ada juga Ibadah Anti-Mainstream, dimana ibadah itu tidak ada dalil yang membenarkannya dan tidak ada nash yang berbicara. Ibadah yang tidak Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ajarkan dan tidak pula para shalafusholihin kenal. Kita muslim mengenalnya dengan istilah Bid'ah.


Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:


"Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan dan setiap kesesatan tempatnya di neraka ”
 (HR. An Nasa’i no. 1578)

Lihatlah sahabat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan jelas mendefinisikan bid'ah. Suatu ibadah yang diada-ada, bisa dibilang anti-mainstream, nyleneh dan tidak ada dalil yang mendasarinya. Ini adalah bentuk menyelisihi sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam. Sehingga beliau mengatakan bid'ah sebagai bentuk kesesatan dan dapat membawa para pelakunya menuju neraka. Na'udzubillahi min dzalik.

Maka dari itu, kita sebagai ummat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam harus menghindari ibadah anti-mainstream (bid'ah) ini. Cukupkanlah diri kita dengan ibadah mainstream atau yang telah diajarkan oleh Rasululllah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita mencintai beliau, sudah seharusnya kita buktikan itu dengan mengamalkan ibadah-ibadah yang sudah ditetapkan oleh beliau. Karena bid'ah, adalah bentuk pengingkaran dan pengkhianatan terhadap perjuangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Pelaku bid'ah seakan-akan menganggap Rasulullah belum sempurna dalam berdakwah dan masih ada hal-hal yang belum beliau sampaikan kepada ummat, sehingga mereka dengan bangganya melakukan ibadah-ibadah yang tidak ada tuntunannya. Padahal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak menghembuskan nafas terakhirnya kecuali sudah mengajarakan semua hal yang bisa mengantarkan kita ke surga, dan memperingatkan semua hal yang bisa menjerumuskan kita ke neraka agar kita menjauhinya. Dan Allah subhanahu wa ta'ala juga telah tegas berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلٰمَ دِينًا  ۚ 
"Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu."
(Al-Ma'idah: 3)

Allah sudah menyempurnakan agama ini. Telah sempurna pula dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka jangan lagi kita mencari selainnya.

InsyaaAllah berlanjut dengan Bahaya Ibadah Anti-Mainstream di artikel berikutnya : Ibadah Itu yang Mainstream Aja! (Part 2)

Semoga Allah melindungi kita dari bahaya bid'ah di zaman ini.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Ibadah Itu yang Mainstream Aja! (Part 1)

Tahajud vs Dhuha, Mana yang Lebih Besar Keutamaannya?

Assalamu'alaikum

Sahabat, mungkin ada yang bertanya-tanya, lebih utama manakah antara shalat tahajud dengan shalat dhuha? Kita katakan, keduanya utama dan memiliki keutamaan yang besar sebagai shalat sunnah. Maka tidak bisa kita bandingkan, namun bisa kita lakukan setiap harinya.


Sampai ada sebuah nasehat, bahwa jika engkau tidak bisa bangun untuk shalat tahajud, maka luangkan waktumu untuk shalat dhuha. Begitu pula sebaliknya, jika engkau tidak bisa meluangkan waktu untuk shalat dhuha, maka berusahalah bangun untuk shalat tahajud. Ini karena begitu besarnya keutamanan kedua shalat tersebut.

Keutamaan Shalat Tahajud

1. Mendapatkan pahala yang begitu besar

Shalat tahajud mempunyai pahala yang begitu besar. Bahkan Rasulullah mengatakan bahwa tahajud adalah shalat yang paling utama setelah shalat lima waktu.
ﺃَﻓْﻀَﻞُ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓِ ﺑَﻌْﺪَ ﺻَﻼَﺓِ ﺍﻟْﻤَﻔْﺮُﻭْﺿَﺔِ، ﺻَﻼَﺓُ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ
“Shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat yang dilakukan di malam hari.” (H.R. Muslim)
Bukan hanya pahala yamg begitu besar, shalat tahajud nanti akan menjadi cahaya kita di yaumul qiyamah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Yazid ar-Riqasyi, beliau mengatakan, “Shalat malam akan menjadi cahaya bagi seorang mukmin pada hari Kiamat kelak dan cahaya itu akan berjalan dari depan dan belakangnya. Sedangkan puasa seorang hamba akan menjauhkannya dari panasnya Neraka Sa’ir.”(as-Shalaatu wat Tahajjud)

2. Dikabulkan do'anya

Sahabat, tatkala engkau mempunyai suatu keinginan yang baik, maka sering-seringlah engkau membicarakannya kepada Allah di setiap malammu.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ﺇِﻥَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﻠَّﻴْﻞِ ﻟَﺴَﺎﻋَـﺔً، ﻻَ ﻳُﻮَﺍﻓِﻘُﻬَﺎ ﺭَﺟُـﻞٌ ﻣُﺴْﻠِﻢٌ ﻳَﺴْﺄَﻝُ ﺍﻟﻠﻪَ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻦْ ﺃَﻣْﺮِ ﺍﻟﺪُّﻧْﻴَﺎ ﻭَﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ ﺇِﻻَّ ﺃَﻋْﻄَﺎﻩُ ﺇِﻳَّﺎﻩُ، ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻛُﻞَّ ﻟَﻴْﻠَﺔٍ .
“Sesungguhnya di malam hari terdapat waktu tertentu, yang bila seorang muslim memohon kepada Allah dari kebaikan dunia dan akhirat pada waktu itu, maka Allah pasti akan memberikan kepadanya, dan hal tersebut ada di setiap malam.” (H.R. Muslim)

3. Mendapatkan cinta dan sanjungan dari Allah

Allah subhanahu wa ta'ala menyanjung orang yang siap melaksanakan shalat tahajud, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur'an:

تَتَجَافٰى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُونَ
"Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan penuh harap, dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka." (QS. As-Sajdah:16)

فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ أُخْفِىَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَآءًۢ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan." (QS. As-Sajdah:17)

Al-Imam Ibnu al-Qayyim rahimahullah mengatakan, “Cobalah renungkan bagaimana Allah membalas shalat malam yang mereka lakukan secara sembunyi dengan balasan yang Ia sembunyikan bagi mereka, yakni yang tidak diketahui oleh semua jiwa. Juga bagaimana Allah membalas rasa gelisah, takut dan gundah gulana mereka di atas tempat tidur saat bangun untuk melakukan shalat malam dengan kesenangan jiwa di dalam Surga.”(Haadil Arwaah ilaa Bilaadil Afraah)

Keutamaan Shalat Dhuha

1. Dijanjikan sebuah rumah di surga

Siapa diantara kita yang tidak ingin dibuatkan rumah di surga? Pasti kita semua ingin. Dan inilah keutamaan shalat dhuha, akan dibuatkan rumah di surga bagi yang mengerjakannya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga,” (Shahih al-Jami`)

2. Setara dengan umrah

Shalat dhuha memiliki pahala yang setara dengan pahala umrah.
Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib)

3. Dosanya diampuni 

Keutamaan shalat dhuha ialah sebagai penghapus dosa-dosa kita, insyaaAllah. Sebagaimana yang Rasullullah shallallahu 'alaihi wa sallan jelaskan, “Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan rutin, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan" (HR Tirmidzi).

Selain keutamaan-keutamaan di atas, shalat tahajud dan dhuha keduanya sama-sama memiliki keutamaan lain yang begitu banyak, diantaranya:

1. Bukti cinta terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
2. Mendapatkan pertolongan Allah
3. Mengangkat derajatnya di sisi Allah
4. Bentuk olahraga yang menyehatkan
5. Anti-stress

Maka, ayo sahabat! Kita mulai biasakan shalat tahajud dan dhuha setiap harinya. InsyaaAllah, kita akan mendapatkan keuntungan yang begitu besar, di dunia maupun di akhirat.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Tahajud vs Dhuha, Mana yang Lebih Besar Keutamaannya?

5 Hal yang Begitu Membanggakan bagi Seorang Muslimah 

Assalamu'alaikum

Dear Muslimah,

Setiap orang pasti mempunyai sesuatu yang menurutnya begitu membanggakan. Ketika ia sudah memilikinya, maka ia akan berusaha untuk mempertahankannya. Namun tatkala itu belum ia miliki, maka ia akan berusaha keras untuk mendapatkannya. Begitu pun dengan muslimah. Engkau pun pasti mempunyai dan ingin memilki suatu kebanggaan.


Lalu kebanggaan seperti apa itu? Tentu kebanggaan yang sejati, yang engkau akan mendapatkan kebahagiaan tatkala memilikinya. Sekiranya, ada 5 hal yang begitu membanggakan bagi seorang muslimah, yaitu:

1. Memiliki agama dan akhlak yang baik

Agama dan akhlak, adalah dua hal yang sangat berarti bagi setiap manusia. Agama, ialah hubungannya kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Sedangkan akhlak, adalah hubungannya kepada manusia lain. Muslimah yang mempunyai agama dan akhlak yang baik,adalah yang senantiasa terus memperbaiki diri. Kenapa? Karena ia tahu dia bukan manusia yang sempurna. Tapi statusnya sebagai muslimah, mendorong ia untuk menyempurnakan keimanannya, karena itulah yang akan mengangkat derajat dirinya di sisi Allah dan harga dirinya di hadapan manusia lain. Sungguh membanggakan, muslimah yang senantiasa berusaha taat menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan Allah. Juga, ia adalah sosok perempuan yang memberikan ketenangan dan rasa nyaman bagi orang lain.

2. Berhijab

Hijab tidak membuat muslimah menjadi sempurna, tapi sebagai pengingat untuk terus berjuang dan lebih baik dalam perbaikan sikap maupun ketaatan. Hijab adalah mahkota kemuliaan, sebuah kewajiban yang didedikasikan untuk melindungi perempuan. Satu kebanggaan ketika engkau berhijab, karena ini adalah identitas dirimu. Identitas diri sebagai seorang muslimah, yang berarti engkau adalah orang yang berusaha mengikuti agama ini dan menerima setiap keindahan serta kebenaran di dalamnya.

3. Tidak pacaran

Muslimah, mungkin ini adalah fitnah yang begitu besar di zaman ini. Maka berbahagialah untuk engkau yang tidak terjebak dengan lingkaran syaithan ini. Pacaran, keharaman yang nyata namun semu untuk mereka yang hatinya tertutup debu maksiat. Jagalah dirimu, engkau muslimah tidak pantas untuk menjalin hubungan hina ini. Engkau muslimah, katakanlah kepada mereka bahwa engkau bangga tatkala tidak berpacaran. Engkau bangga dengan kesendirianmu, meski banyak orang menghinamu, padahal mereka tidak tahu sejatinya engkau senantiasa bersama Rabb yang Maha Agung. Ingatlah muslimah, pacaran hanya untuk mereka yang memiliki kepercayaan diri yang begitu rendah. Tidak percaya dengan takdir Allah, dan lancang menerobos rambu keselamatan yang mulia. Maka berbanggalah, banggalah mengatakan "Saya muslimah dan saya tidak berpacaran!"

4. Memiliki Suami yang Shalih

Tidak ada satupun muslimah yang tidak menginginkan untuk memiliki suami yang shalih. Suami yang shalih, adalah yang mampu menjadi nahkoda dalam pelayaran menuju Jannah. Dia yang akan membimbing dan mengarahkan kapal (rumah tangga) agar tidak salah arah. Dia adalah sosok yang baik akhlaknya terhadap istri dan anaknya, dan mampu menjadi panutan hidup bagi keluarganya. Suatu kebanggaan sekaligus kebahagiaan bagi seorang muslimah yang mendapatkan tipe suami seperti ini. Namun untuk itu, kembali harus kita ingat, bahwa laki-laki shalih hanya untuk perempuan yang shalihah. Shalihah bukan dia yang sempurna, tapi dia yang senantiasa memperbaiki diri. Maka miliki itu terlebih dahulu, dan engkau akan mendapatkan dia yang shalih untuk menjadi imammu. Pantaskan dirimu, dan Allah jadikan dia untukmu.

5. Berilmu Pengetahuan Luas

Engkau seorang muslimah harus cerdas dan memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Bukan untuk menyaingi suami, tapi karena engkau adalah pembentuk generasi. Engkau adalah madrasah pertama bagi anak-anakmu nanti. Engkaulah yang akan mengajari mereka dan membentuk karakter yang cerdas dalam dirinya. Karenanya, suatu kebanggaan jika engkau memiliki ilmu pengetahuan yang luas, bukan hanya untukmu, tapi anak-anak dan suamimu pun juga akan turut bangga dengannya. Maka, mulailah dari sekarang, bekalilah dirimu dengan ilmu pengetahuan. Percayalah, itu akan menjadi begitu membanggakan.

Muslimah, tentu masih banyak hal-hal lain yang membanggakan menurut kalian. Maka berusahalah untuk mencapainya, karena salah satu sumber dari kebahagiaan adalah disaat engkau mempunyai suatu kebanggaan.

Tetaplah tawadhu' dan bersyukur, karena engkau muslimah, dan itulah kebanggaan yang begitu berharga yang harus engkau jaga. Tetaplah istiqomah, dan ingatlah, segelap apapun dunia ini jadinya, jadilah bintang yang menyinari agar orang lain dapat senyum berseri. 

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum 

5 Hal yang Begitu Membanggakan bagi Seorang Muslimah