3 Cara agar Kita Merasakan Nikmatnya Iman
Assalamu'alaikum
Sahabat fillah, nikmat yang paling besar dari Allah subhanahu wa ta'ala adalah keimanan. Dengan nikmat itulah, Allah menjamin kebahagiaan hidup kita di dunia dan di akhirat. Tapi, seringkali kita tidak sadar akan nikmat yang luar biasa ini. Kita seolah-olah tidak pernah merasakan keimanan sebagai nikmat yang harus disyukuri. Melainkan hanya sebuah kewajaran dari sebuah status yang didapat dari orang tua dan tempat tinggal.
Padahal sahabat, keimanan merupakan modal kita untuk bahagia. Seharusnya, iman adalah perbandingan lurus untuk kebahagiaan. Seharusnya, ketika kita menjadi orang yang beriman, ketika itu pula kita senantiasa berbahagia. Tapi, kenapa kebahagiaan itu tidak bisa kita rasakan? Kita merasa biasa-biasa saja, dan menganggap iman adalah hal yang tidak berperan dalam mendatangkan kebahagiaan. Kenapa bisa seperti itu? Karena kembali lagi, kita tidak menganggap iman itu sebagai nikmat. Kita tidak mensyukurinya, dan mengabaikan kehadirannya.
Nah, sahabat, berikut kami share bagaimana cara agar kita bisa merasakan lezatnya iman, dan mendapatkan kebahagiaan sejati dari keimanan yang kita dapatkan:
1. Jadikan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah lebih dari segalanya
Tatkala kita sudah mencintai Allah dan Rasulullah lebih dari segalanya, maka insyaaAllah kita akan merasakan yang namanya manisnya iman. Bukan hanya lisan tentunya, tapi cinta ini juga harus dibuktikan dengan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Ali 'Imran: Ayat 31)
2. Tidak mencintai orang lain selain karena Allah
Mencintai siapapun, atau apapun itu harus karena Allah. Menjadi syarat bahwa Allah meridhai cinta itu, baru kita boleh mencintainya. Ketika kita sudah mampu seperti itu, maka tidaklah mungkin kita nanti menduakan cinta kita kepada Allah. Dengan demikian, lezatnya iman pun dapat kita rasakan. Kebahagiaan pun dapat kita raih dengan senyuman.
Sebagaimana kisah dari Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang diuji oleh Allah untuk menyembelih putra yang begitu ia cintai, Nabi Ismail 'alaihissalam. Kita lihat, begitu cintanya Nabi Ibrahim kepada putranya, tapi cintai itu adalah cinta karena Allah sehingga ketika Allah memerintahkan demikian, Nabi Ibrahim dengan ikhlas menjalankan perintah-Nya. Sampai Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Beginilah ketika kecintaan seorang hamba itu karena Allah, maka Allah senantiasa menolongnya, dan dia tidak akan gentar dengan apapun yang akan dihadapinya. Kerena ia tahu, cintanya karena Allah, maka semuanya akan membuahkan kebaikan dan kebahagiaan untuknya.
3. Benci kembali kepada kekufuran setelah Allah beri hidayah
Kita ambil contoh Bilal bin Rabah, sahabat Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang di awal-awal ia beriman, ia disiksa habis-habisan oleh majikannya. Siksaan yang begitu berat, di depan banyak orang, siksaan yang sebenarnya akan langsung berhenti ketika ia mau meninggalkan keimanannya. Siksaan yang akan diganti dengan kenikmatan jika ia mau melepas keimanannya. Tapi Bilal tahu, kenikmatan itu palsu dan hanyalah fatamorgana. Bilal tahu mana kenikmatan yang sesungguhnya, yaitu tatkala ia memiliki keimanan di hatinya. Sehingga, karena bencinya Bilal untuk kembali kepada kekufuran, ia merasakan nikmatnya iman, yang bahkan nikmat itu mengalahkan beratnya siksaan yang ia dapatkan. MasyaaAllah. Sungguh kita juga harus mempertahankan keimanan ini sahabat, jangan gadaikan untuk apapun dan siapapun.
Itulah sahabat, tiga cara agar kita bisa merasakan lezatnya iman. Semoga Allah senantiasa menjaga nikmat ini, dan tidak membiarkan kita mati tanpa iman dalam diri.
Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum
Assalamu'alaikum
Sahabat fillah, nikmat yang paling besar dari Allah subhanahu wa ta'ala adalah keimanan. Dengan nikmat itulah, Allah menjamin kebahagiaan hidup kita di dunia dan di akhirat. Tapi, seringkali kita tidak sadar akan nikmat yang luar biasa ini. Kita seolah-olah tidak pernah merasakan keimanan sebagai nikmat yang harus disyukuri. Melainkan hanya sebuah kewajaran dari sebuah status yang didapat dari orang tua dan tempat tinggal.
Padahal sahabat, keimanan merupakan modal kita untuk bahagia. Seharusnya, iman adalah perbandingan lurus untuk kebahagiaan. Seharusnya, ketika kita menjadi orang yang beriman, ketika itu pula kita senantiasa berbahagia. Tapi, kenapa kebahagiaan itu tidak bisa kita rasakan? Kita merasa biasa-biasa saja, dan menganggap iman adalah hal yang tidak berperan dalam mendatangkan kebahagiaan. Kenapa bisa seperti itu? Karena kembali lagi, kita tidak menganggap iman itu sebagai nikmat. Kita tidak mensyukurinya, dan mengabaikan kehadirannya.
Nah, sahabat, berikut kami share bagaimana cara agar kita bisa merasakan lezatnya iman, dan mendapatkan kebahagiaan sejati dari keimanan yang kita dapatkan:
1. Jadikan kecintaan kepada Allah dan Rasulullah lebih dari segalanya
Tatkala kita sudah mencintai Allah dan Rasulullah lebih dari segalanya, maka insyaaAllah kita akan merasakan yang namanya manisnya iman. Bukan hanya lisan tentunya, tapi cinta ini juga harus dibuktikan dengan ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Allah Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
"Katakanlah (Muhammad), "Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Ali 'Imran: Ayat 31)
2. Tidak mencintai orang lain selain karena Allah
Mencintai siapapun, atau apapun itu harus karena Allah. Menjadi syarat bahwa Allah meridhai cinta itu, baru kita boleh mencintainya. Ketika kita sudah mampu seperti itu, maka tidaklah mungkin kita nanti menduakan cinta kita kepada Allah. Dengan demikian, lezatnya iman pun dapat kita rasakan. Kebahagiaan pun dapat kita raih dengan senyuman.
Sebagaimana kisah dari Nabi Ibrahim 'alaihissalam yang diuji oleh Allah untuk menyembelih putra yang begitu ia cintai, Nabi Ismail 'alaihissalam. Kita lihat, begitu cintanya Nabi Ibrahim kepada putranya, tapi cintai itu adalah cinta karena Allah sehingga ketika Allah memerintahkan demikian, Nabi Ibrahim dengan ikhlas menjalankan perintah-Nya. Sampai Allah mengganti Nabi Ismail dengan seekor domba. Beginilah ketika kecintaan seorang hamba itu karena Allah, maka Allah senantiasa menolongnya, dan dia tidak akan gentar dengan apapun yang akan dihadapinya. Kerena ia tahu, cintanya karena Allah, maka semuanya akan membuahkan kebaikan dan kebahagiaan untuknya.
3. Benci kembali kepada kekufuran setelah Allah beri hidayah
Kita ambil contoh Bilal bin Rabah, sahabat Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam yang di awal-awal ia beriman, ia disiksa habis-habisan oleh majikannya. Siksaan yang begitu berat, di depan banyak orang, siksaan yang sebenarnya akan langsung berhenti ketika ia mau meninggalkan keimanannya. Siksaan yang akan diganti dengan kenikmatan jika ia mau melepas keimanannya. Tapi Bilal tahu, kenikmatan itu palsu dan hanyalah fatamorgana. Bilal tahu mana kenikmatan yang sesungguhnya, yaitu tatkala ia memiliki keimanan di hatinya. Sehingga, karena bencinya Bilal untuk kembali kepada kekufuran, ia merasakan nikmatnya iman, yang bahkan nikmat itu mengalahkan beratnya siksaan yang ia dapatkan. MasyaaAllah. Sungguh kita juga harus mempertahankan keimanan ini sahabat, jangan gadaikan untuk apapun dan siapapun.
Itulah sahabat, tiga cara agar kita bisa merasakan lezatnya iman. Semoga Allah senantiasa menjaga nikmat ini, dan tidak membiarkan kita mati tanpa iman dalam diri.
Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar