Kisah Muwahidun Nabi Yusuf dan Para Serigala
Anak-anak Nabi Yakub yang telah berumur dewasa cemburu dengan cinta sang Ayah kepada saudaranya. Mereka mengambil Yusuf dari pangkuan ayahnya dengan alasan akan membawa dia untuk bermain tombak. Meskipun hati Nabi Yakub tak rela, kakak-kakaknya sudah membawa Yusuf jauh ke gurun pasir.
Setelah beberapa saat bermain, mereka makan dan menceritakan sebuah rahasia. Mereka pun mulai berkata, kami akan melemparmu ke sumur ini dan kemudian kau akan kami selamatkan. Dan kisah pun berjalan seperti yang telah tertuang dalam sejarah. Jika kau bertanya, "Bagaimana bisa saudara melempar saudara kandungnya ke sumur?" Inilah dunia....Waktu berlalu, orang-orang baik akan beruntung di antara zaman. Begitu kata para leluhur.
Seandainya saudara-saudaranya tak melempar Yusuf ke sumur, para pedagang takkan menemukannya dan membawanya ke Mesir. Seandainya di Mesir dia tak dijual sebagai seorang budak, Yusuf takkan mendapat murka Zulaikha. Seandainya dia tak dipenjara karena amarah Zulaikha yang terbakar oleh cintanya maka dia takkan pernah dijadikan penasehat oleh Raja Mesir. Seandainya Yusuf tak dijadikan penasihat, Mesir takkan terselamatkan dari kelaparan.
Di alam semesta ini, semua berhubungan satu sama lain.
Jika tak seperti itu, hal-hal duniawi takkan seperti ini.
Nabi Yakub begitu sering menangis setelah kepergian putranya Yusuf. Begitu banyak meneteskan air mata sampai para malaikat berpikir bahwa terjadi badai topan kedua di dunia...
Dia tak percaya dengan ucapan anak-anaknya yang telah dewasa. "Saudara kami telah dimangsa serigala". Pikiran sang ayah melayang ke padang pasir.
Dia menemukan sarang serigala di tengah gurun. Ketika dia bertanya sambil menangis, "Apakah kalian yang memangsa putraku?"
Para serigala pun meneteskan air mata dan bersumpah kepada Nabi Yakub, "Kami bersumpah kami tak memangsanya." Dalam sarangnya, serigala itu memillki dua belas putra, sama seperti Nabi Yakub. Demi ketenangan hati Nabi Yakub, serigala mengikat mulut putra-putra mereka dan berjanji hanya akan memakan rerumputan sampai Yusuf ditemukan.
Nabi Yakub kagum dengan kesetiaan dan ketulusan para serigala.
"Siapakah kalian?"tanyanya. "Kami adalah Muwahidun". Itu jawaban yang diberikan. Mereka kemudian bergabung diantara empat puluh rusa. Berhari-hari lamanya, para serigala dan empat puluh rusa berjalan bersama mencari Yusuf.
Entah bagaimana caranya, mereka menemukan sebuah sumur yang menyebarkan aroma bunga geranium, memandang cahaya yang menjulang tinggi dari sumur. Mereka memohon kepada Tuhan yang Agung, kemudian menyaksikan malaikat turun ke sumur dari langit. "Kita telah menemukan Yusuf", ucap mereka...
Mereka berlari sambil meneteskan air mata, mencoba untuk memberikan kabar kepada Nabi Yakub bahwa putranya masih hidup. Empat puluh rusa bersama serigala berjalan berdampingan di gurun. Seorang pemburu menyadari keanehan ini. "Dibalik semua ini pasti ada sesuatu yang luar biasa", ucapnya dalam batin. Dia lantas mengikuti mereka. Pemburu penyembah berhala menangkap mereka semua dalam satu jebakan. "Kalian", ucapnya kepada para Muwahidun, "Kalian sangat aneh. Bagaimana bisa serigala tak memangsa rusa! Pasti kalian melindungi sebuah harta karun yang besar. Jika kalian tak mengatakan yang sebenarnya, setiap langkah yang aku langkahkan maka aku akan memotong leher kalian satu per satu!"
"Jangan!" ucap pemimpin serigala, "Lepaskanlah kami, wahai pemburu yang tangguh. Kami para serigala pulang karena cinta kami kepada Nabi Yusuf. Kami bersumpah takkan kembali lagi. Lepaskanlah kami, biarkan kami menemui Nabi Yakub."
Rusa-rusa melempar tubuh mereka ke depan. "Jika kau akan memotong leher kami semua, wahai pemburu, biarkan kami saja yang merasakan piasu tajam itu." Pemburu yang menyaksikan keanehan ini mengerti bahwa harta karun ini sangat besar, sesuai dengan sumpah-sumpah yang mereka katakan. Seketika dia pun bergerak, "Siapa itu Yakub?". Setiap satu langkah, semua rusa mati di tangannya. "Masihkah kalian diam? Kesabaran apa ini!" ucap pemburu marah kepada para serigala.
"Kami para serigala bersumpah sebagai Muwahidun untuk mengikat mulut kami. Manusia seperti apa dirimu ini, membalikkan badan kepada seorang nabi yang menangisi putranya", ucap mereka. "Kalian semua akan kupotong!" ucap pemburu yang semakin murka. "Jika ini memang takdir, terjadilah," ucap mereka seraya membungkukkan badan. Kedua belas serigala pun menyusul rusa.
Setelah pembantaian itu, pemburu tertegun ketika melihat lima puluh dua jasad yang terbaring di tanah. "Apa yang telah aku lakukan?" ujarnya sambil menggelengkan kepalanya. Ia pun menguburkan mereka semua. Sebagai sebuah isyarat bagi para pejalan, dia juga menanam empat puluh pohon cemara untuk empat puluh rusa. Setelah menanam empat puluh pohon cemara dan membalikkan badannya, dia melihat keajaiban! Dari kuburan dua belas Muwahidun serigala terpancar mata air. Sang pemburu mematahkan anak panahnya satu per satu, melempar pisaunya, menjeratkan tali ke lehernya, dan berubah menjadi orang gila. Dia lupa bagaimana berjalan dan berbicara, meraung seperti serigala, dan berjalan seperti rusa-rusa di gurun pasir.
Pemburu yang berkeliaran tak tentu arah ini menimbulkan kecurigaan sebuah rombongan pejalan. Tak mengindahkan peringatan dan pertanyaan pemimpin rombongan, pemburu justru berlari kencang. Rombongan pejalan mengejarnya seraya melepaskan anak panah. Sampailah mereka di pohon empat puluh rusa. Pemburu menghembuskan napas terakhir di depan dua belas mata air.
Rombongan yang kini dengan jelas menyaksikan lima puluh dua kuburan berdampingan menanyakan kepada seorang tua yang mata dan hatinya terbuka. Orang tua itu menyelupkan telapak tanganya ke dalam air. Melihat air sejernih kristal di tangannya, "Ini adalah para Muwahidun", ucapnya.
Rombongan kemudian juga menyadari bahwa ranting-ranting keempat puluh pohon menunjuk ke arah sumur yang berada jauh sana. Sumur yang memancarkan cahaya ke langit. Seketika, mereka berlari dan tiba di sumur. Mereka melempar sebuah tali ke dalam sumur. Mereka menyelamatkan Yusuf, keindahan dunia.
Manusia mengikuti hawa nafsunya, membutakan mata hati dan membuang saudara kandungnya. Sementara itu, para Muwahidun setia di jalan cinta, walaupun mereka seekor serigala. Menjaga rahasia, tak mengingkari janjinya. Jika memang harus, mereka siap untuk mati."
- - - - - - - - - - - - - -
Dikutip dari Novel "Asiyah Sang Mawar Gurun Fir'aun" karya Sibel Eraslan
Anak-anak Nabi Yakub yang telah berumur dewasa cemburu dengan cinta sang Ayah kepada saudaranya. Mereka mengambil Yusuf dari pangkuan ayahnya dengan alasan akan membawa dia untuk bermain tombak. Meskipun hati Nabi Yakub tak rela, kakak-kakaknya sudah membawa Yusuf jauh ke gurun pasir.
Setelah beberapa saat bermain, mereka makan dan menceritakan sebuah rahasia. Mereka pun mulai berkata, kami akan melemparmu ke sumur ini dan kemudian kau akan kami selamatkan. Dan kisah pun berjalan seperti yang telah tertuang dalam sejarah. Jika kau bertanya, "Bagaimana bisa saudara melempar saudara kandungnya ke sumur?" Inilah dunia....Waktu berlalu, orang-orang baik akan beruntung di antara zaman. Begitu kata para leluhur.
Seandainya saudara-saudaranya tak melempar Yusuf ke sumur, para pedagang takkan menemukannya dan membawanya ke Mesir. Seandainya di Mesir dia tak dijual sebagai seorang budak, Yusuf takkan mendapat murka Zulaikha. Seandainya dia tak dipenjara karena amarah Zulaikha yang terbakar oleh cintanya maka dia takkan pernah dijadikan penasehat oleh Raja Mesir. Seandainya Yusuf tak dijadikan penasihat, Mesir takkan terselamatkan dari kelaparan.
Di alam semesta ini, semua berhubungan satu sama lain.
Jika tak seperti itu, hal-hal duniawi takkan seperti ini.
Nabi Yakub begitu sering menangis setelah kepergian putranya Yusuf. Begitu banyak meneteskan air mata sampai para malaikat berpikir bahwa terjadi badai topan kedua di dunia...
Dia tak percaya dengan ucapan anak-anaknya yang telah dewasa. "Saudara kami telah dimangsa serigala". Pikiran sang ayah melayang ke padang pasir.
Dia menemukan sarang serigala di tengah gurun. Ketika dia bertanya sambil menangis, "Apakah kalian yang memangsa putraku?"
Para serigala pun meneteskan air mata dan bersumpah kepada Nabi Yakub, "Kami bersumpah kami tak memangsanya." Dalam sarangnya, serigala itu memillki dua belas putra, sama seperti Nabi Yakub. Demi ketenangan hati Nabi Yakub, serigala mengikat mulut putra-putra mereka dan berjanji hanya akan memakan rerumputan sampai Yusuf ditemukan.
Nabi Yakub kagum dengan kesetiaan dan ketulusan para serigala.
"Siapakah kalian?"tanyanya. "Kami adalah Muwahidun". Itu jawaban yang diberikan. Mereka kemudian bergabung diantara empat puluh rusa. Berhari-hari lamanya, para serigala dan empat puluh rusa berjalan bersama mencari Yusuf.
Entah bagaimana caranya, mereka menemukan sebuah sumur yang menyebarkan aroma bunga geranium, memandang cahaya yang menjulang tinggi dari sumur. Mereka memohon kepada Tuhan yang Agung, kemudian menyaksikan malaikat turun ke sumur dari langit. "Kita telah menemukan Yusuf", ucap mereka...
Mereka berlari sambil meneteskan air mata, mencoba untuk memberikan kabar kepada Nabi Yakub bahwa putranya masih hidup. Empat puluh rusa bersama serigala berjalan berdampingan di gurun. Seorang pemburu menyadari keanehan ini. "Dibalik semua ini pasti ada sesuatu yang luar biasa", ucapnya dalam batin. Dia lantas mengikuti mereka. Pemburu penyembah berhala menangkap mereka semua dalam satu jebakan. "Kalian", ucapnya kepada para Muwahidun, "Kalian sangat aneh. Bagaimana bisa serigala tak memangsa rusa! Pasti kalian melindungi sebuah harta karun yang besar. Jika kalian tak mengatakan yang sebenarnya, setiap langkah yang aku langkahkan maka aku akan memotong leher kalian satu per satu!"
Image via Pixabay
"Jangan!" ucap pemimpin serigala, "Lepaskanlah kami, wahai pemburu yang tangguh. Kami para serigala pulang karena cinta kami kepada Nabi Yusuf. Kami bersumpah takkan kembali lagi. Lepaskanlah kami, biarkan kami menemui Nabi Yakub."
Rusa-rusa melempar tubuh mereka ke depan. "Jika kau akan memotong leher kami semua, wahai pemburu, biarkan kami saja yang merasakan piasu tajam itu." Pemburu yang menyaksikan keanehan ini mengerti bahwa harta karun ini sangat besar, sesuai dengan sumpah-sumpah yang mereka katakan. Seketika dia pun bergerak, "Siapa itu Yakub?". Setiap satu langkah, semua rusa mati di tangannya. "Masihkah kalian diam? Kesabaran apa ini!" ucap pemburu marah kepada para serigala.
"Kami para serigala bersumpah sebagai Muwahidun untuk mengikat mulut kami. Manusia seperti apa dirimu ini, membalikkan badan kepada seorang nabi yang menangisi putranya", ucap mereka. "Kalian semua akan kupotong!" ucap pemburu yang semakin murka. "Jika ini memang takdir, terjadilah," ucap mereka seraya membungkukkan badan. Kedua belas serigala pun menyusul rusa.
Setelah pembantaian itu, pemburu tertegun ketika melihat lima puluh dua jasad yang terbaring di tanah. "Apa yang telah aku lakukan?" ujarnya sambil menggelengkan kepalanya. Ia pun menguburkan mereka semua. Sebagai sebuah isyarat bagi para pejalan, dia juga menanam empat puluh pohon cemara untuk empat puluh rusa. Setelah menanam empat puluh pohon cemara dan membalikkan badannya, dia melihat keajaiban! Dari kuburan dua belas Muwahidun serigala terpancar mata air. Sang pemburu mematahkan anak panahnya satu per satu, melempar pisaunya, menjeratkan tali ke lehernya, dan berubah menjadi orang gila. Dia lupa bagaimana berjalan dan berbicara, meraung seperti serigala, dan berjalan seperti rusa-rusa di gurun pasir.
Pemburu yang berkeliaran tak tentu arah ini menimbulkan kecurigaan sebuah rombongan pejalan. Tak mengindahkan peringatan dan pertanyaan pemimpin rombongan, pemburu justru berlari kencang. Rombongan pejalan mengejarnya seraya melepaskan anak panah. Sampailah mereka di pohon empat puluh rusa. Pemburu menghembuskan napas terakhir di depan dua belas mata air.
Rombongan yang kini dengan jelas menyaksikan lima puluh dua kuburan berdampingan menanyakan kepada seorang tua yang mata dan hatinya terbuka. Orang tua itu menyelupkan telapak tanganya ke dalam air. Melihat air sejernih kristal di tangannya, "Ini adalah para Muwahidun", ucapnya.
Rombongan kemudian juga menyadari bahwa ranting-ranting keempat puluh pohon menunjuk ke arah sumur yang berada jauh sana. Sumur yang memancarkan cahaya ke langit. Seketika, mereka berlari dan tiba di sumur. Mereka melempar sebuah tali ke dalam sumur. Mereka menyelamatkan Yusuf, keindahan dunia.
Manusia mengikuti hawa nafsunya, membutakan mata hati dan membuang saudara kandungnya. Sementara itu, para Muwahidun setia di jalan cinta, walaupun mereka seekor serigala. Menjaga rahasia, tak mengingkari janjinya. Jika memang harus, mereka siap untuk mati."
- - - - - - - - - - - - - -
Dikutip dari Novel "Asiyah Sang Mawar Gurun Fir'aun" karya Sibel Eraslan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar