Kisah Mengharukan Syaikh al-Albani dengan Seorang Moderator

Assalamu'alaikum

Sahabat fillah, pasti sudah tak asing lagi di telinga kita nama Syaikh al-Albani rahimahullah. Beliau adalah seorang ulama hadits yang masyhur dan seorang mujadid (pembaharu Islam) pada abad ini. Keilmuannya sudah tidak diragukan lagi, banyak sekali karya-karya yang beliau buat sebagai bentuk dedikasinya untuk kemajuan umat Islam.



Syaikh al-Albani adalah tokoh yang sangat sederhana. Disamping kegiatannya dalam dalam berdakwah dan menuntut ilmu, beliau juga bekerja sebagai tukang jam, meneruskan bakat dari ayahnya. Namun, dibalik kesederhanaan beliau, Syaikh al-Albani adalah seseorang yang kokoh dan pantang menyerah dalam menggelorakan dakwah Islam. Begitu banyak fitnah yang dituduhkan kepada Syaikh al-Albani, tapi itu semua tidak membuatnya goyah dan berhenti bergerak. Hidup sepenuhnya untuk menuntut ilmu dan berdakwah.

Ketika pujian datang kepada Syaikh al-Albani...



Sahabat, disini ada kisah menarik  dari perjalanan dakwah Syaikh al-Albani yang bisa kita jadikan tauladan. Ini bermula ketika dalam suatu kajian ilmu, seorang moderator bernama Syaikh Ibrahim memperkenalkan Syaikh al-Albani dengan memuji keilmuan dan kebaikan beliau. Kemudian moderator mempersilahkan Syaikh al-Albani untuk berbicara agar semua yang hadir bisa memperoleh ilmu dari seorang ulama besar.

Setelah dipersilahkan untuk  berbicara, Syaikh al-Albani dengan lemah lembut kemudian menyampaikan sebuah curahan hati dan juga nasehat yang membuat beliau sendiri menangis dalam mengucapkannya. Beliau rahimahullah mengatakan:

"Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan hanya kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Sungguh sebenar-benar perkataan adalah perkataan Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang di ada-adakan (dalam agama), setiap yang di ada-adakan (dalam agama) adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Saya berterima kasih kepada ustadz Ibrahim, atas ucapan dan pujiannya. Saya tidak bisa menjawab apa-apa kecuali mengikuti contoh dari khalifah pertama, Abu Bakar ash-shiddiq radhiallahu anhu. Seorang khalifah yang pertama dan sejati, pengganti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika beliau mendapatkan pujian dari seseorang, saya yakin sanjungan orang tersebut kepada beliau pastilah ada pada diri beliau, karena beliau yang menggantikan Rasulullah (khalifah). Kemudian...

Syaikh Albani berhenti sejenak kemudian menangis

Allahu Musta'an...
Kemudian beliau (Abu Bakar ash-shiddiq) mengucapkan, "Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku karena apa yang mereka katakan. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka sangka, ampunilah aku dari hal yang tidak mereka ketahui."
Inilah yang diucapkan orang seperti Abu Bakar ash-shiddiq. Lalu apa yang mesti kita ucapkan, orang-orang setelahnya? Jadi, saya pun mengikuti apa yang beliau ucapkan. Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku karena apa yang mereka katakan. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka sangka, ampunilah aku dari hal yang tidak mereka ketahui.
Jika itu kebenaran, maka saya akan mengatakannya...
Saya bukanlah orang seperti yang disebutkan saudara kita Ibrahim..
Saya hanyalah seorang penuntut ilmu, tidak lebih dari itu..."

Seperti itulah sahabat, kata-kata pembuka yang beliau sampaikan. Ini seharusnya menjadi tamparan keras untuk kita semua, yang mungkin merasa bangga bahkan sombong tatkala ada memuji diri kita. Semoga kita dapat meneladaninya sahabat, disaat ada seseorang yang memuji kita, bukanlah sikap bangga yang harus kita pertontonkan. Tapi sikap rendah hati sambil berdo'a seperti do'anya Abu Bakar ash-shiddiq radhiallahu anhu. Semoga Allah menjaga kita dari sifat ujub dan sombong, serta memudahkan kita untuk muhasabah diri di setiap harinya.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Kisah Mengharukan Syaikh al-Albani dengan Seorang Moderator

Kisah Mengharukan Syaikh al-Albani dengan Seorang Moderator

Assalamu'alaikum

Sahabat fillah, pasti sudah tak asing lagi di telinga kita nama Syaikh al-Albani rahimahullah. Beliau adalah seorang ulama hadits yang masyhur dan seorang mujadid (pembaharu Islam) pada abad ini. Keilmuannya sudah tidak diragukan lagi, banyak sekali karya-karya yang beliau buat sebagai bentuk dedikasinya untuk kemajuan umat Islam.



Syaikh al-Albani adalah tokoh yang sangat sederhana. Disamping kegiatannya dalam dalam berdakwah dan menuntut ilmu, beliau juga bekerja sebagai tukang jam, meneruskan bakat dari ayahnya. Namun, dibalik kesederhanaan beliau, Syaikh al-Albani adalah seseorang yang kokoh dan pantang menyerah dalam menggelorakan dakwah Islam. Begitu banyak fitnah yang dituduhkan kepada Syaikh al-Albani, tapi itu semua tidak membuatnya goyah dan berhenti bergerak. Hidup sepenuhnya untuk menuntut ilmu dan berdakwah.

Ketika pujian datang kepada Syaikh al-Albani...



Sahabat, disini ada kisah menarik  dari perjalanan dakwah Syaikh al-Albani yang bisa kita jadikan tauladan. Ini bermula ketika dalam suatu kajian ilmu, seorang moderator bernama Syaikh Ibrahim memperkenalkan Syaikh al-Albani dengan memuji keilmuan dan kebaikan beliau. Kemudian moderator mempersilahkan Syaikh al-Albani untuk berbicara agar semua yang hadir bisa memperoleh ilmu dari seorang ulama besar.

Setelah dipersilahkan untuk  berbicara, Syaikh al-Albani dengan lemah lembut kemudian menyampaikan sebuah curahan hati dan juga nasehat yang membuat beliau sendiri menangis dalam mengucapkannya. Beliau rahimahullah mengatakan:

"Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan hanya kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwasannya tidak ada sesembahan yang berhak di ibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Sungguh sebenar-benar perkataan adalah perkataan Allah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang di ada-adakan (dalam agama), setiap yang di ada-adakan (dalam agama) adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

Saya berterima kasih kepada ustadz Ibrahim, atas ucapan dan pujiannya. Saya tidak bisa menjawab apa-apa kecuali mengikuti contoh dari khalifah pertama, Abu Bakar ash-shiddiq radhiallahu anhu. Seorang khalifah yang pertama dan sejati, pengganti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika beliau mendapatkan pujian dari seseorang, saya yakin sanjungan orang tersebut kepada beliau pastilah ada pada diri beliau, karena beliau yang menggantikan Rasulullah (khalifah). Kemudian...

Syaikh Albani berhenti sejenak kemudian menangis

Allahu Musta'an...
Kemudian beliau (Abu Bakar ash-shiddiq) mengucapkan, "Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku karena apa yang mereka katakan. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka sangka, ampunilah aku dari hal yang tidak mereka ketahui."
Inilah yang diucapkan orang seperti Abu Bakar ash-shiddiq. Lalu apa yang mesti kita ucapkan, orang-orang setelahnya? Jadi, saya pun mengikuti apa yang beliau ucapkan. Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku karena apa yang mereka katakan. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka sangka, ampunilah aku dari hal yang tidak mereka ketahui.
Jika itu kebenaran, maka saya akan mengatakannya...
Saya bukanlah orang seperti yang disebutkan saudara kita Ibrahim..
Saya hanyalah seorang penuntut ilmu, tidak lebih dari itu..."

Seperti itulah sahabat, kata-kata pembuka yang beliau sampaikan. Ini seharusnya menjadi tamparan keras untuk kita semua, yang mungkin merasa bangga bahkan sombong tatkala ada memuji diri kita. Semoga kita dapat meneladaninya sahabat, disaat ada seseorang yang memuji kita, bukanlah sikap bangga yang harus kita pertontonkan. Tapi sikap rendah hati sambil berdo'a seperti do'anya Abu Bakar ash-shiddiq radhiallahu anhu. Semoga Allah menjaga kita dari sifat ujub dan sombong, serta memudahkan kita untuk muhasabah diri di setiap harinya.

Wallahu a'lam
Wassalamu'alaikum

Tidak ada komentar:

Posting Komentar